LANGKAH PETANI KARET DALAM MENGHADAPI NAIK TURUN HARGA KARET

ANTON, HARTONO (2021) LANGKAH PETANI KARET DALAM MENGHADAPI NAIK TURUN HARGA KARET. LANGKAH PETANI KARET DALAM MENGHADAPI NAIK TURUN HARGA KARET.

[img] Text
anton hartono.pdf

Download (2MB)
Official URL: https://www.binadarma.ac.id/

Abstract

1.1 LatarBelakang Pertanian memegang peran penting dalam ekonomi Indonesia. Keadaan ini memberikan peluang bagi Indonesia, sebagai negara produsen yang salah satu sektor unggulan di bidang ekspor adalah sektor pertanian. Tanaman karet telah menjadi penyokong perekonomian Indonesia yang cukup signifikan sejak beberapa dekade yang lalu. Sebagai negara agraris, sektor pertanian memegang peranan yang penting dalam perekonomian negara, yaitu sebagai sumber devisa negara, penyedia lapangan kerja, penyedia bahan baku industri, dan penjaga kelestarian lingkungan. Perkebunan karet berkembang seiring naiknya permintaan karet dunia dan kenaikan harga. Di Provinsi Sumatera Selatan luas perkebunan karet mencapai 662.686 ha Perkebunan Rakyat sebesar 614.021 ha, Perkebunan Swasta sebesar 24.007 ha dan Perkebunan Negara Sebesar 21.741 ha. Salah satu daerah perkebunan karet yang luas adalah Kabupaten Ogan Ilir (OI) . Menurut data badan pusat statistik OI tahun 2014 adalah 71.807,50 Hektar dengan total produksi 52.447,47 Ton. Sektor perkebunan karet ii menjadi tulang punggung perekonomian rakyat. Petani karet sangat merespon terhadap kenaikan dan penurunan harga karet. Harga karet ternyata juga mengalami fluktuasi dari tahun ke-tahun. Fluktuasi merupakan perubahan harga suatu barang karena pengaruh permintaan dan penawaran. Fluktuasi harga karet di pasar internasional disebabkan oleh hukum permintaan dan penawaran. Ketika penawaran tinggi, harga jatuh dan sebaliknya penawaran rendah, harga meningkat. Melemahnya nilai tukar mata uang di negara-negara produsen terhadap dolar AS mendorong para produsen karet di negara-negara tersebut menjual persediaan karetnya untuk menikmati moment tersebut. Akibatnya, persediaan karet di pasar internasional melimpah dan menyebabkan terjadinya penurunan harga. Harga karet sejak tahun 2014 terus mengalami penurunan dari Rp.10.000 2 – Rp.18.000 per kilogram, dan pada tahun 2010-2017 berkisar antara Rp 4.000 - Rp 6.000 per kilogram. Penurunan harga karet suatu situasi dimana ekonomi dari sebuah negara mengalami penurunan secara mendadak yang disebabkan oleh suatu krisis keuangan. Sebuah krisis ekonomi dapat berbentuk resesi atau depresi. Perbedaan keduanya hanya pada jangka waktu atau lamanya suatu krisis ekonomi yang terjadi. Anjloknya harga karet tersebut membuat petani karet menjerit akibat harga tersebut jauh di bawah harga beras yang saat ini berkisar Rp 10.000 per kilogram. Penurunan harga karet juga menyebabkan masyarakat kesusahan untuk mendapatkan penghasilan banyak seperti dulu pada saat harga naik. Sebagai bentuk strategi untuk mengurangi dampak terjadinya krisis ekonomi, petani karet di Desa Beringin Dalam membentuk suatu kelompok tani “Sumber Harapan” dimana anggota kelompok tersebut adalah masyarakat setempat. Kelompok tani tersebut berperan sebagai wadah dalam upaya membantu petani karet dalam bentuk penyedia “KOPERASI” khusus petani karet, sehingga tercipta solidaritas sosial dan bisa mencapai tujuan bersama. Fluktuasi harga karet berpengaruh pada penghasilan petani karet yang berkurang sehingga menimbulkan dampak sosial dari meningkatnya tingkat kriminalitas dan perubahan sosial di Desa Beringin Dalam. Kriminalitas yang terjadi yaitu banyaknya pencurian hasil perkebunan karet yang meresahkan dan merugikan petani. Dengan meningkatnya kriminalitas, menggugah petani untuk mengaktifkan kembali penjagaan bersama oleh kelompok tani “Sumber Harapan” dibeberapa titik akses masuk menuju keperkebunan untuk menjaga hasil perkebunan karet. Dampak sosial di Desa Beringin Dalam menunjukkan adanya perubahan sosial bagi kehidupan masyarakat. Beberapa dekade yang lalu harga karet rendah diikuti oleh menurunnya harga sembako. Namun pada pertengahan tahun 2010-2017 harga karet turun akan tetapi harga sembako tetap meningkat, sehingga berdampak pada petani karet yang memaksa untuk bertahan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, para petani melakukan berbagai cara termasuk menjual asset yang dimiliki. Salah satu upaya terjadinya hal tersebut, kelompok tani “Sumber Harapan” dapat memberikan bantuan pada petani karet..

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: KP, UNIVERSITAS BINA DARMA, TEKNIK INDUSTRI
Subjects: H Social Sciences > H Social Sciences (General)
L Education > L Education (General)
Q Science > Q Science (General)
Divisions: Faculty of Engineering, Science and Mathematics > School of Engineering Sciences
Depositing User: Users 3 not found.
Date Deposited: 02 Aug 2021 01:50
Last Modified: 02 Aug 2021 01:50
URI: http://repository.binadarma.ac.id/id/eprint/1491

Actions (login required)

View Item View Item